1.Apabila ALLAH menginginkan kebaikan bagi seseorang maka dia diberi pendalaman dalam ilmu agama. Sesungguhnya memperoleh ilmu hanya dengan belajar. (HR. Bukhari)
2.Para ulama fiqih adalah pelaksana amanat para rosul selama mereka tidak memasuki (bidang) dunia. Mendengar sabda tersebut, para sahabat bertanya, "Ya Rosululloh, apa arti memasuki (bidang) dunia?" Beliau menjawab, "Mengekor kepada penguasa (pemerintah) dan kalau mereka melakukan seperti itu maka hati-hatilah terhadap mereka atas keselamatan agamamu. (HR. ath-Thabrani)
3.Rosululloh SAW bersabda : "Ya ALLAH, rahmatilah khalifah-khalifahku." Para sahabat lalu bertanya, "Ya Rosululloh, siapakah khalifah-khalifahmu?" Beliau menjawab, "Orang-orang yang datang sesudahku mengulang-ulang pelajaran hadits-hadits dan sunahku dan mengajarkannya kepada orang-orang sesudahku." (HR. ar-Ridha)
Sumber:
1100 Hadits Terpilih (Sinar Ajaran Muhammad) - Dr. Muhammad Faiz Almath
1.Tidak ada orang yang lebih mulia di sisi ALLAH dari seorang mukmin. (HR. ath-Thabrani)
2.Umatku (umat Muhammad) ibarat air hujan, tidak diketahui mana yang lebih baik awalnya atau akhirnya. (Mashabih Assunnah)
3.Sesungguhnya di kalangan hamba-hamba ALLAH ada orang yang apabila memohonkan sesuatu maka ALLAH akan menerimanya (mengabulkannya). (HR. Bukhari dan Muslim)
4.Waspadalah terhadap firasat seorang mukmin. Sesungguhnya dia melihat dengan nur ALLAH." (HR. Tirmidzi dan ath-Thabrani)
5.Sebaik-baik umatku adalah apabila pergi (musafir) dia berbuka puasa dan shalat Qashar, dan jika berbuat kebaikan merasa gembira, tetapi apabila melakukan keburukan dia beristighfar. Dan seburuk-buruk umatku adalah yang dilahirkan dalam kenikmatan dan dibesarkan dengannya, makanannya sebaik-baik makanan, dia mengenakan pakaian mewah-mewah dan bila berkata tidak benar (tidak jujur). (HR. ath-Thabrani)
6.Barangsiapa menyenangi amalan kebaikannya dan menyedihkan (bersedih dengan) keburukannya maka dia adalah seorang mukmin. (HR. al-Hakim)
7.Akan ada suatu umat dari umatku yang masih tetap melaksanakan perintah ALLAH, maka tidak akan membahayakan mereka orang-orang yang mengecewakan dan menentangnya dan sampai tiba ketentuan ALLAH mereka tetap dalam penderitaan tersebut. (HR. al-Hakim)
8.Orang yang shaleh selalu mendapat tekanan-tekanan. (HR. al-Hakim)
9.ALLAH Azza wajalla mewajibkan tujuh hak kepada seorang mukmin terhadap mukmin lainnya, yaitu: (1) melihat saudara seimannya dengan rasa hormat dalam pandangan matanya; (2) mencintainya di dalam hatinya; (3) menyantuninya dengan hartanya; (4) tidak menggunjingnya atau mendengar penggunjingan terhadap kawannya; (5) menjenguknya bila sakit; (6) melayat jenazahnya; (7) dan tidak menyebut kecuali kebaikannya sesudah ia wafat. (HR. Ibnu Baabawih)
10.Sebaik-baik kamu ialah yang diharapkan kebaikannya dan aman dari kejahatannya, dan seburuk-buruk kamu ialah yang tidak diharapkan kebaikannya dan tidak aman dari kejahatannya. (HR. Tirmidzi dan Abu Ya'la)
11.Mencaci-maki seorang mukmin adalah suatu kejahatan, dan memeranginya adalah suatu kekufuran. (HR. Muslim)
12.Aku mengagumi seorang mukmin. Bila memperoleh kebaikan dia memuji ALLAH dan bersyukur. Bila ditimpa musibah dia memuji ALLAH dan bersabar. Seorang mukmin diberi pahala dalam segala hal walaupun dalam sesuap makanan yang diangkatnya ke mulut isterinya. (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
13.Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai ALLAH daripada seorang mukmin yang lemah dalam segala kebaikan. Peliharalah apa-apa yang menguntungkan kamu dan mohonlah pertolongan ALLAH, dan jangan lemah semangat (patah hati). Jika ditimpa suatu musibah janganlah berkata, "Oh andaikata aku tadinya melakukan itu tentu berakibat begini dan begitu", tetapi katakanlah, "Ini takdir ALLAH dan apa yang dikehendaki ALLAH pasti dikerjakan-NYA." Ketahuilah, sesungguhnya ucapan: "andaikata" dan "jikalau" membuka peluang bagi (masuknya) karya (kerjaan) setan." (HR. Muslim)
14.Seorang muslim ialah yang menyelamatkan kaum muslimin (lainnya) dari (kejahatan) lidah dan tangannya. Seorang mukmin ialah yang dipercaya oleh kaum beriman terhadap jiwa dan harta mereka, dan seorang muhajir ialah yang berhijrah meninggalkan dan menjauhi keburukan (kejahatan). (HR. Ahmad)
15.Seorang mukmin tidak akan digigit dua kali dari lobang yang satu (sama). (Mutafaq'alaih)
16.Tidak halal bagi seorang muslim menakut-nakuti saudaranya yang muslim. (HR. Abu Dawud)
17.Seorang mukmin bukanlah pengumpat dan yang suka mengutuk, yang keji dan yang ucapannya kotor. (HR. Bukhari)
Sumber:
1100 Hadits Terpilih (Sinar Ajaran Muhammad) - Dr. Muhammad Faiz Almath
Suatu hari ada tukang becak. Karena sepi penumpang, hari itu ia hanya mendapatkan Rp1.000,-. Karena kelaparan ia pun pergi ke warung makan. Lalu ia bertanya kepada pelayan,
Tk. Becak : “Rp1000,- dapat apa ya mbak?”
Si pelayan : “Nasi pakai kuah sayur, tapi tidak pakai lauk”
Dan suatu hari sang pelayan pulang dari pasar dan uangnya tinggal Rp1.000,- untuk pulang. Lalu dia bertemu dengan si tukang becak waktu itu berjumpa di warung makan. Dia bertanya,
Si pelayan : “Bang, uang Rp1.000,- bisa tidak naik becak?”
Alhamdulillah akhirnya saya bisa postingan lagi......... Kali ini saya akan berbagi pengalaman tentang bagaimana caranya membongkar Printer Epson TX111...
Untuk langkah pertama Buka cover Scannya... dan kita akan lihat ada 3 baut pada bawah scan tadi...
Setelah baut bagian bawah scan, jangan lupa baut bagian belakang printer juga dilepas.. Masih ada lagi 1 baut pada bagin bawah panel tombol-tombol power... Cara bukanya....
Tekan dan dorong panel pada arah yang telah saya beri tanda panah.... dan setelah terbuka itu ada 1 baut... Setelah itu buka kembali scan, lalu lepas penutup kabel soket scan dan panel powernya..
Jika sudah terbuka lepas semua kabel soket scan dan panel powernya gan.... Langkah selanjutnya buka scan lurus keatas.... lalu angkat pada bagian sisi kiri scan sampai terlihat pengait scan tersebut...
Dan setelah terlihat pengait scan, angkat Scan pada sisi kanan..... Langkah terakhir angkat Casing penutup nya smua.
Aaaahhhhh........ slesai deh terbuka smuanya, dan aman gak ada yang patah........
dan 1 lagi gan bagi yang mampir, jangan sampai lupa cara masangnya yaa... hehe Semoga bermanfaat, jangan lupa coment yaa agan-agan yang baik............
Berikut ini adalah cara untuk mengatasi bagaimana Kalau Cartridge Epson TX121 tidak terdetek atau ada tanda silang.....
Dari pengalaman yang pernah saya alami itu cara untuk mengatasi Cartrid Epson TX121 tidak detek atau ada tanda silang sangatlah mudah dan simpel. Mungkin pas cartridge tidak detek atau ada tanda silang pada bagian tombol banel pada lampu menyala merah/ orange....
Berikut cara mengatasinya... 1. Tekan tombol Stop sekali 2. Lalu Cartridge akan bergerak dan berhenti pada tanda yang menunjukkan cartridge mana yang eror 3. tekan lagi Stop, dan akan bergerak-gerak tekan terus sampai berhenti pada sisi kanan printer. 4. Setelah berhenti pada sisi kanan printer, Tekan tombol pada cartridge selama kurang lebih 20 sampai 30 detik. Seperti pada gambar......
5. Setelah itu, kembali tekan lagi tombol Stop pada panel powernya. Daaaannn selesai............. Cara ini juga bisa loo gan diterapkan pada printer T13... dan printer yang cartridgenya sejenis.
Semoga bermanfaat, dan jangan lupa coment yaa gan, supaya lebih baik lagi.
Syukur deh kali ini saya bisa post lagi....... mungkin tidak seberapa postingan ini. Tapi semoga saja bisa membantu.
Kali ini saya berbagi pengalaman cara mengatasi epson t13 selang masuk angin.Mungkin di Berbagai blog sudah dijelaskan bagai mana mengatasi infusan epson masuk angin. Kebanyakan dari Info-info itu memang benar, tapi mungkin saya cari yang aman untuk Cartridgenya......
langsung saja gan ini cara nya.....
Untuk semua jenis Cartridge Epson pasti hampir sama bentuknya... baik yang mulai C90 sampai T13, TX dan R230 pun hampir sama.
Buka penutup bagian atas itu gan dan sedot pakai suntikan sampai tank Cartridgenya penuh tinta. dan jangan disedot dari bagian bawah gan, seperti ini......
Seperti yang saya silang merah itu gan, sama saja sebenarnya... tapi itu bisa merusak SILL karet pada Cartridge yang sama bundari merah itu gan.... dan biasanya akibatnya hasil print kurang maksimal.
Dan seperti itulah gan cara aman untuk cara mengatasi epson t13 selang masuk angin, dan itu juga bisa digunakan untuk semua jenis modifan EPSON Gan...
Oya, jangan lupa bagi yang mampir Coment-nya yaa..... semoga bermanfaat.
1. Bintang Sudut Lima 2. Ganesya Kediri 3. Gunung Kelud Berapi 4. Sungai Berantas 5. Sawah dan Ladang 6. Padi Sauli dan Bunga Kapas 7. Langit 8. Tulisan " Canda Birawa " di atas Pita
Bintang sudut lima berwarna kuning adalah lambang Pancasila ideologi Negara dan Bangsa Indonesia
Ganesya Kediri berwarna abu-abu berdiri bertangan 4 (empat) memegang bejana (mangkuk) beratribut kapak dan Tasbih, adalah lambang pengetahuan dan kebijaksanaan. Gambar Ganesha ini menjadi tanda pengenal spesifik daerah Kediri (lihat Ensiklopedia Indonesia FM penerbit W. Van Hoeve, Bandung, halaman 74 dan 525
Gunung Kelud berapi dan kawahnya berwarna hitam dan merah merupakan lambang jiwa dinamis revolusioner yang kuat, sentosa dan tak kunjung padam
Sungai Brantas berwarna biru melambangkan kesuburan daerah
Ladang dan sawah berwarna hijau dan kuning adalah lambang kemakmuran daerah
Padi sauli (setangkai) berwarna kuning berbutir 17, bunga kapas berwarna putih berjumlah 8 dengan tangkai berkelopak 4 dan berbunga 5 helai melambangkan semangat Proklamasi 17 Agustus 1945 dan sandang pangan.
Langit berwarna biru muda adalah lambang ketentraman dan damai
Tulisan "Canda Bhirawa" di atas pita putih adalah nama lambang Kabupaten Kediri, bermakna suatu ikatan persatuan yang suci san tulus ikhlas sari segenap lapisan masyarakat hingga merupakan kekuatan yang berlipat ganda bersemangat patah tumbuh hilang berganti
Sumber : http://www.kedirikab.go.id
Download Logo Kabupaten, Logo Departemen, Wallpaper Indah dan Juga Kaligrafi disini
Logo Kabupaten Kediri, Logo Kab. Kediri, Gambar Logo Kab. Kediri, Gambar Logo Kabupaten Kediri, Lambang Kabupaten Kediri, Gambar Lambang Kab. Kediri, Wallpaper Kabupaten Kediri, Kabupaten Kediri, Kab. Kediri, Kabupaten Kediri dalam gambar
1.Pada suatu hari kami (Umar ra dan para sahabat ra) duduk-duduk bersama Rosululloh SAW. Lalu muncul di hadapan kami seorang yang berpakaian putih. Rambutnya hitam sekali dan tidak tampak tanda-tanda perjalanan. Tidak seorangpun dari kami yang mengenalnya. Dia langsung duduk menghadap Rosululloh SAW. Kedua kakinya menghempit kedua kaki Rosululloh, dari kedua telapak tangannya diletakkan di atas paha Rosululloh SAW, seraya berkata, "Ya Muhammad, beritahu aku tentang Islam." Lalu Rosululloh SAW menjawab, "Islam ialah bersyahadat bahwa tidak ada tuhan kecuali ALLAH dan Muhammad Rosululloh, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan mengerjakan haji apabila mampu." Kemudian dia bertanya lagi, "Kini beritahu aku tentang iman." Rosululloh SAW menjawab, "Beriman kepada ALLAH, malaikat-malaikat-NYA, kitab-kitab-NYA, rasul-rasul-NYA, hari akhir dan beriman kepada Qodar baik dan buruknya." Orang itu lantas berkata, "Benar. Kini beritahu aku tentang ihsan." Rosululloh berkata, "Beribadah kepada ALLAH seolah-olah anda melihat-Nya walaupun anda tidak melihat-NYA, karena sesungguhnya ALLAH melihat anda. Dia bertanya lagi, "Beritahu aku tentang Assa'ah (azab kiamat)." Rosululloh menjawab, "Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya." Kemudian dia bertanya lagi, "Beritahu aku tentang tanda-tandanya." Rosululloh menjawab, "Seorang budak wanita melahirkan nyonya besarnya. Orang-orang tanpa sandal, setengah telanjang, melarat dan penggembala unta masing-masing berlomba membangun gedung-gedung bertingkat." Kemudian orang itu pergi menghilang dari pandangan mata. Lalu Rosululloh SAW bertanya kepada Umar, "Hai Umar, tahukah kamu siapa orang yang bertanya tadi?" Lalu aku (Umar) menjawab, "ALLAH dan rasul-Nya lebih mengetahui." Rosululloh SAW lantas berkata, "Itulah Jibril datang untuk mengajarkan agama kepada kalian." (HR. Muslim)
2.Iman terbagi dua, separo dalam sabar dan separo dalam syukur. (HR. al-Baihaqi)
3.Iman paling afdol ialah apabila kamu mengetahui bahwa ALLAH selalu menyertaimu dimanapun kamu berada. (HR. ath-Thobari)
4.Sufyan bin Abdullah berkata,"Ya Rosululloh, terangkan kepadaku tentang Islam. Aku tidak akan bertanya lagi kepada orang lain." Lalu Rosululloh SAW menjawab, "Ikrarkanlah (katakan): Aku beriman kepada ALLAH, kemudian berlakulah jujur (istiqomah)." (HR. Muslim)
5.Peliharalah (perintah dan larangan) ALLAH, niscaya kamu akan selalu merasakan kehadiran-Nya. Kenalilah ALLAH waktu kamu senang, niscaya ALLAH akan mengenalimu waktu kamu dalam kesulitan. Ketahuilah, apa yang luput dari kamu adalah sesuatu yang pasti tidak mengenaimu dan apa yang akan mengenaimu pasti tidak akan meleset dari kamu. Kemenangan (keberhasilan) hanya dapat dicapai dengan kesabaran. Kelonggaran bersamaan dengan kesusahan dan datangnya kesulitan bersamaan dengan kemudahan. (HR. Tirmidzi)
6.Sesungguhnya bermula datangnya Islam dianggap asing (aneh) dan akan datang kembali asing. Namun berbahagialah orang-orang asing itu. Para sahabat bertanya kepada Rosululloh SAW, "Ya Rosululloh, apa yang dimaksud orang asing (aneh) itu?" Lalu Rosululloh menjawab, "Orang yang melakukan kebaikan-kebaikan di saat orang-orang melakukan pengrusakan." (HR. Muslim)
7.Umat terdahulu selamat (jaya) karena teguhnya keyakinan dan zuhud. Dan umat terakhir kelak akan binasa karena kekikiran (harta dan jiwa) dan cita-cita kosong." (HR. Ibnu Abi Ad-Dunia)
8.Tiga perkara berasal dari iman: (1) Tidak mengkafirkan orang yang mengucapkan "Laailaaha illallaah" karena suatu dosa yang dilakukannya atau mengeluarkannya dari Islam karena sesuatu perbuatan; (2) Jihad akan terus berlangsung semenjak ALLAH mengutusku sampai pada saat yang terakhir dari umat ini memerangi Dajjal tidak dapat dirubah oleh kezaliman seorang zalim atau keadilan seorang yang adil; (3) Beriman kepada takdir-takdir. (HR. Abu Dawud)
9.Pokok segala urusan ialah al-Islam dan tiangnya adalah shalat, dan puncaknya (atapnya) adalah berjihad. (HR. Tirmidzi)
10.Tiada lurus iman seorang hamba sehingga lurus hatinya, dan tiada lurus hatinya sehingga lurus lidahnya. (HR. Ahmad)
Sumber:
1100 Hadits Terpilih (Sinar Ajaran Muhammad) - Dr. Muhammad Faiz Almath
Imam Abu Hanifah an-Nu’man bin Tsabit al-Kufiy merupakan orang yang faqih di negeri Irak, salah satu imam dari kaum muslimin, pemimpin orang-orang alim, salah seorang yang mulia dari kalangan ulama dan salah satu imam dari empat imam yang memiliki madzhab. Di kalangan umat Islam, beliau lebih dikenal dengan nama Imam Hanafi.
Nasab dan Kelahirannya
Abu Hanifah bin Tsabit bin Zuthi (ada yang mengatakan Zutha) at-Taimi al-Kufi. Beliau adalah Abu Hanifah an-Nu’man Taimillah bin Tsa’labah. Beliau berasal dari keturunan bangsa persia. Beliau dilahirkan pada tahun 80 H (699 M) pada masa shigharus shahabat dan para ulama berselisih pendapat tentang tempat kelahiran Abu Hanifah, menurut penuturan anaknya Hamad bin Abu Hadifah bahwa Zuthi berasal dari kota Kabul dan dia terlahir dalam keadaan Islam. Adapula yang mengatakan dari Anbar, yang lainnya mengatakan dari Tirmidzi dan yang lainnya lagi mengatakan dari Babilonia.
Perkembangan
Ismail bin Hamad bin Abu Hanifah cucunya menuturkan bahwa dahulu Tsabit ayah Abu Hanifah pergi mengunjungi Ali bin Abi Thalib, lantas Ali mendoakan keberkahan kepadanya pada dirinya dan keluarganya, sedangkan dia pada waktu itu masih kecil, dan kami berharap ALLAH subhanahu wa ta’ala mengabulkan doa Ali tersebut untuk kami. Dan Abu Hanifah at-Taimi biasa ikut rombongan pedagang minyak dan kain sutera, bahkan dia punya toko untuk berdagang kain yang berada di rumah Amr bin Harits.
Abu Hanifah itu tinggi badannya sedang, memiliki postur tubuh yang bagus, jelas dalam berbicara, suaranya bagus dan enak didengar, bagus wajahnya, bagus pakaiannya dan selalu memakai minyak wangi, bagus dalam bermajelis, sangat kasih sayang, bagus dalam pergaulan bersama rekan-rekannya, disegani dan tidak membicarakan hal-hal yang tidak berguna.
Beliau disibukkan dengan mencari atsar/hadits dan juga melakukan rihlah untuk mencari hal itu. Dan beliau ahli dalam bidang fiqih, mempunyai kecermatan dalam berpendapat, dan dalam permasalahan-permasalahan yang samar/sulit maka kepada beliau akhir penyelesaiannya.
Beliau sempat bertemu dengan Anas bin Malik tatkala datang ke Kufah dan belajar kepadanya, beliau juga belajar dan meriwayat dari ulama lain seperti Atha’ bin Abi Rabbah yang merupakan syaikh besarnya, asy-Sya’bi, Adi bin Tsabit, Abdurrahman bin Hurmuj al-A’raj, Amru bin Dinar, Thalhah bin Nafi’, Nafi’ Maula ibnu Umar, Qotadah bin Di’amah, Qois bin Muslim, Abdullah bin Dinar, Hamad bin Abi Sulaiman guru fiqihnya, Abu Ja’far al-Baqir, ibnu Syihab az-Zuhri, Muhammad bin Munkandar, dan masih banyak lagi. Dan ada yang meriwayatkan bahwa beliau sempat bertemu dengan 7 sahabat.
Beliau pernah bercerita, tatkala pergi ke kota Bashrah, “saya optimis kalau ada orang yang bertanya kepadaku tentang sesuatu apapun saya akan menjawabnya, maka tatkala di antara mereka ada yang bertanya kepadaku tentang suatu masalah lantas saya tidak mempunyai jawabannya, maka aku memutuskan untuk tidak berpisah dengan Hamad sampai dia meninggal, maka saya bersamanya selama 10 tahun”.
Pada masa pemerintahan Marwan salah seorang raja dari Bani Umayyah di Kufah, beliau didatangi Hubairoh salah satu anak buah raja Marwan meminta Abu Hanifah agar menjadi Qodhi (hakim) di Kufah akan tetapi beliau menolak permintaan tersebut, maka beliau dihukum cambuk sebanyak 110 kali (setiap harinya dicambuk 10 kali), tatkala dia mengetahui keteguhan Abu Hanifah maka dia melepaskannya.
Adapun orang-orang yang belajar kepadanya dan meriwayatkan darinya diantaranya adalah sebagaimana yang disebutkan oleh Syaikh Abul Hajaj di dalam Tahdzib-nya berdasarkan abjad diantaranya Ibrahim bin Thahman seorang alim dari Khurasan, Abyadh bin al-Aghar bin ash-Shabah, Ishaq al-Azroq, Asar bin Amru al-Bajali, Ismail bin Yahya al-Sirafi, al-Harits bin Nahban, al-Hasan bin Ziyad, Hafsh bin Abdurrahman al-Qadhi, Hamad bin Abu Hanifah, Hamzah temannya penjual minyak wangi, Dawud ath-Thai, Sulaiman bin Amr an-Nakhai, Su’aib bin Ishaq, Abdullah ibnul Mubarok, Abdul Aziz bin Khalid at-Turmudzi, Abdul karim bin Muhammad al-Jurjani, Abdullah bin Zubair al-Qurasy, Ali bin Zhibyan al-Qodhi, Ali bin Ashim, Isa bin Yunus, Abu Nu’aim, al-Fadhl bin Musa, Muhammad bin Bisyr, Muhammad bin Hasan Assaibani, Muhammad bin Abdullah al-Anshari, Muhammad bin Qoshim al-Asadi, Nu’man bin Abdus Salam al-Asbahani, Waki’ bin al-Jarah, Yahya bin Ayub al-Mishri, Yazid bin Harun, Abu Syihab al-Hanath Assamaqondi, al-Qodhi Abu Yusuf, dan lain-lain.
Pujian Para Ulama Terhadap Abu Hanifah
Berikut ini beberapa penilaian para ulama tentang Abu Hanifah, diantaranya:
1. Yahya bin Ma’in berkata, “Abu Hanifah adalah orang yang tsiqoh, dia tidak membicarakan hadits kecuali yang dia hafal dan tidak membicarakan apa-apa yang tidak hafal”. Dan dalam waktu yang lain beliau berkata, “Abu Hanifah adalah orang yang tsiqoh di dalam hadits”. Dan dia juga berkata, “Abu Hanifah laa ba’sa bih, dia tidak berdusta, orang yang jujur, tidak tertuduh dengan berdusta,…”.
2. Abdullah ibnul Mubarok berkata, “Kalaulah ALLAH subhanahu wa ta’ala tidak menolong saya melalui Abu Hanifah dan Sufyan ats-Tsauri maka saya hanya akan seperti orang biasa”. Dan beliau juga berkata, “Abu Hanifah adalah orang yang paling faqih”. Dan beliau juga pernah berkata, “Aku berkata kepada Sufyan ats-Tsauri, ‘Wahai Abu Abdillah, orang yang paling jauh dari perbuatan ghibah adalah Abu Hanifah, saya tidak pernah mendengar beliau berbuat ghibah meskipun kepada musuhnya’ kemudian beliau menimpali ‘Demi ALLAH, dia adalah orang yang paling berakal, dia tidak menghilangkan kebaikannya dengan perbuatan ghibah’.” Beliau juga berkata, “Aku datang ke kota Kufah, aku bertanya siapakah orang yang paling wara’ di kota Kufah? Maka mereka penduduk Kufah menjawab Abu Hanifah”. Beliau juga berkata, “Apabila atsar telah diketahui, dan masih membutuhkan pendapat, kemudian imam Malik berpendapat, Sufyan berpendapat dan Abu Hanifah berpendapat maka yang paling bagus pendapatnya adalah Abu Hanifah… dan dia orang yang paling faqih dari ketiganya”.
3. al-Qodhi Abu Yusuf berkata, “Abu Hanifah berkata, tidak selayaknya bagi seseorang berbicara tentang hadits kecuali apa-apa yang dia hafal sebagaimana dia mendengarnya”. Beliau juga berkata, “Saya tidak melihat seseorang yang lebih tahu tentang tafsir hadits dan tempat-tempat pengambilan fiqih hadits dari Abu Hanifah”.
4. Imam Syafi’i berkata, “Barangsiapa ingin mutabahir (memiliki ilmu seluas lautan) dalam masalah fiqih hendaklah dia belajar kepada Abu Hanifah”
5. Fudhail bin Iyadh berkata, “Abu Hanifah adalah seorang yang faqih, terkenal dengan wara’-nya, termasuk salah seorang hartawan, sabar dalam belajar dan mengajarkan ilmu, sedikit bicara, menunjukkan kebenaran dengan cara yang baik, menghindari dari harta penguasa”. Qois bin Rabi’ juga mengatakan hal serupa dengan perkataan Fudhail bin Iyadh.
6. Yahya bin Sa’id al-Qothan berkata, “Kami tidak mendustakan ALLAH SWT, tidaklah kami mendengar pendapat yang lebih baik dari pendapat Abu Hanifah, dan sungguh banyak mengambil pendapatnya”.
7. Hafsh bin Ghiyats berkata, “Pendapat Abu Hanifah di dalam masalah fiqih lebih mendalam dari pada syair, dan tidaklah mencelanya melainkan dia itu orang yang jahil tentangnya”.
8. Al-Khuroibi berkata, “Tidaklah orang itu mencela Abu Hanifah melainkan dia itu orang yang pendengki atau orang yang jahil”.
9. Sufyan bin Uyainah berkata, “Semoga ALLAH merahmati Abu Hanifah karena dia adalah termasuk orang yang menjaga shalatnya (banyak melakukan shalat)”.
Penilaian Negatif Yang Ditujukan Kepada Abu Hanifah
Abu Hanifah selain dia mendapatkan penilaian yang baik dan pujian dari beberapa ulama, juga mendapatkan penilaian negatif dan celaan yang ditujukan kepada beliau, diantaranya :
2. Abdul Karim bin Muhammad bin Syu’aib an-Nasai berkata, “Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit tidak kuat hafalan haditsnya”.
3. Abdullah ibnul Mubarok berkata, “Abu Hanifah orang yang miskin di dalam hadits”.
4. Sebagian ahlul ilmi memberikan tuduhan bahwa Abu Hanifah adalah murji’ah dalam memahi masalah iman. Yaitu penyataan bahwa iman itu keyakinan yang ada dalam hati dan diucapkan dengan lisan, dan mengeluarkan amal dari hakikat iman.
Dan telah dinukil dari Abu Hanifah bahwasannya amal-amal itu tidak termasuk dari hakekat imam, akan tetapi dia termasuk dari sya’air iman, dan yang berpendapat seperti ini adalah Jumhur Asy’ariyyah, Abu Manshur al-Maturidi… dan menyelisihi pendapat ini adalah Ahlu Hadits … dan telah dinukil pula dari Abu Hanifah bahwa iman itu adalah pembenaran di dalam hati dan penetapan dengan lesan tidak bertambah dan tidak berkurang. Dan yang dimaksudkan dengan “tidak bertambah dan berkurang” adalah jumlah dan ukurannya itu tidak bertingkat-tingkat, dak hal ini tidak menafikan adanya iman itu bertingkat-tingkat dari segi kaifiyyah, seperti ada yang kuat dan ada yang lemah, ada yang jelas dan yang samar, dan yang semisalnya.
Dan dinukil pula oleh para sahabatnya, mereka menyebutkan bahwa Abu Hanifah berkata, ‘Orang yang terjerumus dalam dosa besar maka urusannya diserahkan kepada ALLAH’, sebagaimana yang termaktub dalam kitab “Fiqhul Akbar” karya Abu Hanifah, “Kami tidak mengatakan bahwa orang yang beriman itu tidak membahayakan dosa-dosanya terhadap keimanannya, dan kami juga tidak mengatakan pelaku dosa besar itu masuk neraka dan kekal di neraka meskipun dia itu orang yang fasiq, … akan tetapi kami mengatakan bahwa barangsiapa beramal kebaikan dengan memenuhi syarat-syaratnya dan tidak melakukan hal-hal yang merusaknya, tidak membatalakannya dengan kekufuran dan murtad sampai dia meninggal maka ALLAH tidak akan menyia-nyiakan amalannya, bahkan (insya ALLAH) akan menerimanya; dan orang yang berbuat kemaksiatan selain syirik dan kekufuran meskipun dia belum bertaubat sampai dia meninggal dalam keadaan beriman, maka di berasa dibawah kehendak ALLAH, kalau Dia menghendaki maka akan mengadzabnya dan kalau tidak maka akan mengampuninya.”
5. Sebagian ahlul ilmi yang lainnya memberikan tuduhan kepada Abu Hanifah, bahwa beliau berpendapat al-Quran itu makhluq.
Padahal telah dinukil dari beliau bahwa al-Quran itu adalah kalamullah dan pengucapan kita dengan al-Quran adalah makhluq. Dan ini merupakan pendapat ahlul haq…, coba lihatlah ke kitab beliau Fiqhul Akbar dan Aqidah Thahawiyah …, dan penisbatan pendapat al-Quran itu dalah makhluq kepada Abu Hanifah merupakan kedustaan”.
Dan di sana masih banyak lagi bentuk-bentuk penilaian negatif dan celaan yang diberikan kepada beliau, hal ini bisa dibaca dalam kitab Tarikh Baghdad juz 13 dan juga kitab al-Jarh wa at-Ta’dil Juz 8 hal 450.
Dan kalian akan mengetahui riwayat-riwayat yang banyak tentang cacian yang ditujukan kepada Abu Hanifah (dalam Tarikh Baghdad) dan sungguh kami telah meneliti semua riwayat-riwayat tersebut, ternyata riwayat-riwayat tersebut lemah dalam sanadnya dan mudhtharib dalam maknanya. Tidak diragukan lagi bahwa merupakan cela, aib untuk ber-ashabiyyah madzhabiyyah,… dan betapa banyak dari para imam yang agung, alim yang cerdas mereka bersikap inshaf (pertengahan) secara haqiqi. Dan apabila kalian menghendaki untuk mengetahui kedudukan riwayat-riwayat yang berkenaan dengan celaan terhadap Abu Hanifah maka bacalah kitab al-Intiqo’ karya al-Hafizh ibnu Abdil Barr, Jami’ul Masanid karya al-Khawaruzumi dan Tadzkiratul Hufazh karya Imam Adz-Dzahabi. ibnu Abdil Barr berkata, “Banyak dari Ahlul Hadits yang menukil tentang Abu Hanifah dari al-Khatib (Tarikh baghdad) melampaui batas dalam mencela Abu Hanifah, maka hal seperti itu sungguh dia menolak banyak pengkhabaran tentang Abu Hanifah dari orang-orang yang adil”.
Beberapa Nasehat Imam Abu Hanifah
Beliau adalah termasuk imam yang pertama-tama berpendapat wajibnya mengikuti Sunnah dan meninggalkan pendapat-pendapatnya yang menyelisihi sunnah. dan sungguh telah diriwayatkan dari Abu Hanifah oleh para sahabatnya pendapat-pendapat yang jitu dan dengan ibarat yang berbeda-beda, yang semuanya itu menunjukkan pada sesuatu yang satu, yaitu wajibnya mengambil hadits dan meninggalkan taqlid terhadap pendapat para imam yang menyelisihi hadits. Diantara nasehat-nasehat beliau adalah:
a. Apabila telah shahih sebuah hadits maka hadits tersebut menjadi madzhab-ku
Berkata Syaikh Nashirudin al-Albani, “Ini merupakan kesempurnaan ilmu dan ketaqwaan para imam. Dan para imam telah memberi isyarat bahwa mereka tidak mampu untuk menguasai, meliput sunnah/hadits secara keseluruhan”. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh imam Syafi’i, “maka terkadang diantara para imam ada yang menyelisihi sunnah yang belum atau tidak sampai kepada mereka, maka mereka memerintahkan kepada kita untuk berpegang teguh dengan sunnah dan menjadikan sunah tersebut termasuk madzhab mereka semuanya”.
b. Tidak halal bagi seseorang untuk mengambil/memakai pendapat kami selama dia tidak mengetahui dari dalil mana kami mengambil pendapat tersebut.
Dalam riwayat lain, haram bagi orang yang tidak mengetahui dalilku, dia berfatwa dengan pendapatku. Dan dalam riawayat lain, sesungguhnya kami adalah manusia biasa, kami berpendapat pada hari ini, dan kami ruju’ (membatalkan) pendapat tersebut pada pagi harinya. Dan dalam riwayat lain, Celaka engkau wahai Ya’qub (Abu Yusuf), janganlah engkau catat semua apa-apa yang kamu dengar dariku, maka sesungguhnya aku berpendapat pada hari ini denga suatu pendapat dan aku tinggalkan pendapat itu besok, besok aku berpendapat dengan suatu pendapat dan aku tinggalkan pendapat tersebut hari berikutnya.
Syaikh al-Albani berkata, “Maka apabila demikian perkataan para imam terhadap orang yang tidak mengetahui dalil mereka. Maka ketahuilah! Apakah perkataan mereka terhadap orang yang mengetahui dalil yang menyelisihi pendapat mereka, kemudian dia berfatwa dengan pendapat yang menyelisihi dalil tersebut? maka camkanlah kalimat ini! Dan perkataan ini saja cukup untuk memusnahkan taqlid buta, untuk itulah sebaigan orang dari para masyayikh yang diikuti mengingkari penisbahan kepada Abu Hanifah tatkala mereka mengingkari fatwanya dengan berkata “Abu Hanifah tidak tahu dalil!”.
Berkata asy-Sya’roni dalam kitabnya al-Mizan 1/62 yang ringkasnya sebagai berikut, “Keyakinan kami dan keyakinan setiap orang yang pertengahan (tidak memihak) terhadap Abu Hanifah, bahwa seandainya dia hidup sampai dengan dituliskannya ilmu Syariat, setelah para penghafal hadits mengumpulkan hadits-haditsnya dari seluruh pelosok penjuru dunia maka Abu Hanifah akan mengambil hadits-hadits tersebut dan meninggalkan semua pendapatnya dengan cara qiyas, itupun hanya sedikit dalam madzhabnya sebagaimana hal itu juga sedikit pada madzhab-madzhab lainnya dengan penisbahan kepadanya. Akan tetapi dalil-dalil syar’i terpisah-pesah pada zamannya dan juga pada zaman tabi’in dan atbaut tabiin masih terpencar-pencar di sana-sini. Maka banyak terjadi qiyas pada madzhabnya secara darurat kalau dibanding dengan para ulama lainnya, karena tidak ada nash dalam permasalahan-permasalahan yang diqiyaskan tersebut. berbeda dengan para imam yang lainnya,…” Kemudian syaikh al-Albani mengomentari pernyataan tersebut dengan perkataannya, “Maka apabila demikian halnya, hal itu merupakan udzur bagi Abu Hanifah tatkala dia menyelisihi hadits-hadits yang shahih tanpa dia sengaja (dan ini merupakan udzur yang diterima, karena ALLAH tidak membebani manusia yang tidak dimampuinya), maka tidak boleh mencela padanya sebagaimana yang dilakukan sebagian orang jahil, bahkan wajib beradab dengannya karena dia merupakan salah satu imam dari imam-imam kaum muslimin yang dengan mereka terjaga agama ini. …”.
c. Apabila saya mengatakan sebuah pendapat yang menyelisihi kitab ALLAH dan hadits Rosululloh yang shahih, maka tinggalkan perkataanku.
Wafatnya Imam Abu Hanifah
Pada zaman kerajaan Bani Abbasiyah tepatnya pada masa pemerintahan Abu Ja’far al-Manshur yaitu raja yang ke-2, Abu Hanifah dipanggil ke hadapannya untuk diminta menjadi qodhi (hakim), akan tetapi beliau menolak permintaan raja tersebut (karena Abu Hanifah hendak menjauhi harta dan kedudukan dari sultan [raja]) maka dia ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara dan wafat dalam penjara.
Dan beliau wafat pada bulan Rajab pada tahun 150 H (767 M) dengan usia 70 tahun, dan dia dishalatkan banyak orang bahkan ada yang meriwayatkan dishalatkan sampai 6 kloter.
Daftar Pustaka:
1. Tarikhul Baghdad karya Abu Bakar Ahmad al-Khatib al-Baghdadi cetakan Dar al-Kutub Ilmiyah Beirut
2. Siyarul A’lamin Nubala’ karya al-Imam Syamsudin Muhammad bin Ahmad bin Utsman adz-Dzahabi cetakan ke-7 terbitan Dar ar-Risalah Beirut
3. Tadzkiratul Hufazh karya al-Imam Syamsudin Muhammad bin Ahmad bin Utsman adz-Dzahabi terbitan Dar al-Kutub Ilmiyah Beirut
4. Al-Bidayah wa an-Nihayah karya ibnu Katsir cetakan Maktabah Darul Baz Beirut
5. Kitabul Jarhi wat Ta’dil karya Abu Mumahhan Abdurrahman bin Abi Hatim bin Muhammad ar-Razi terbitan Dar al-Kutub Ilmiyah Beirut
6. Shifatu Shalatin Nabi karya Syaikh Nashirudin al-Albani cetakan Maktabah al-Ma’arif Riyadh
1.Sesungguhnya agama ini mudah dan tiada seorang yang mempersulit agama, kecuali pasti dikalahkannya. Bertindaklah tepat, lakukan pendekatan, sebarkan berita gembira, permudahlah dan gunakan siang dan malam hari serta sedikit waktu fajar sebagai penolongmu. (HR. Bukhari)
2.Tiada manusia mengabaikan sesuatu dari urusan agama untuk kepentingan keduniaan mereka, kecuali ALLAH menimbulkan bagi mereka perkara-perkara yang lebih membahayakan mereka. (HR. Ahmad)
3.Sesungguhnya ALLAH mengutus kepada umat ini pada penghujung tiap seratus tahun orang yang memperbaharui (ajaran) agama mereka. (HR. Abu Dawud dan al-Hakim)
4.Akan datang satu masa, hati seorang mukmin cair sebagaimana cairnya timah dalam api disebabkan melihat bala dan peristiwa yang merugikan agamanya tetapi dia tidak mampu merubahnya. (HR. ath-Thusi)
5.Agama ini kokoh dan kuat. Masukilah dengan lunak dan jangan sampai timbul dalam dirimu kejenuhan beribadah kepada Robbmu. (HR. al-Baihaqi)
6.Yang menyebabkan agama cacat ialah hawa nafsu. (HR. asy-Syihaab)
7.Umatku dibebaskan (dari tuntutan) disebabkan kesalahan (yang tidak disengaja), lupa dan terhadap apa yang dipaksakan kepada mereka. (HR. ath-Thobari)
8.Tidak ada alasan bagi seseorang untuk diampuni dan kembali kepada jalan ALLAH yang telah ALLAH tangguhkan ajalnya sehingga dia sudah mencapai usia enam puluh tahun. (HR. Bukhari)
Penjelasan:
Jadi bila sudah mencapai usia 60 tahun dan belum mau bertobat atas perbuatan dosanya maka tidak ada lagi alasan baginya pada saat menghadapi perhitungan ALLAH.
9.ALLAH menyukai akan rukhsah-rukhsah-NYA[1] diterima dan diamalkan sebagaimana seorang hamba menyukai pengampunan-NYA. (HR. ath-Thobari)
10.Sesungguhnya ALLAH akan mendukung (mengokohkan) agama ini (Islam) dengan perantaraan seorang yang durhaka. (Mutafaq'alaih)
Catatan Kaki:
[1] Rukshah artinya dispensasi dan keringanan-keringanan dari ALLAH, seperti shalat Qoshar dan berbuka (tidak puasa) bagi musafir.
Sumber:
1100 Hadits Terpilih (Sinar Ajaran Muhammad) - Dr. Muhammad Faiz Almath