“Pa, coba baca pa, karangan adikku” kata sang istri sambil memperlihatkan sebuah email yang dikirim adiknya.
“Apa tuh, ma”?
“Itu kisah adikku waktu kecil” sambungnya bangga.
Sebuah cerpen. Sang suami membaca dengan seksama. Hanya satu halaman, tak perlu waktu lama.
“Hm.. sepertinya papa pernah membaca juga cerpen ini ma. Ceritanya sama persis. Mungkin bukan dia yang bikin”
“Nggak pa, ini karangannya. Memang begitu yang dia alami dulu”
“Nggak mungkin ma. Tadi waktu papa baru baca satu paragraf aja udah dejavu. Kok kayaknya pernah baca gitu.. Trus papa udah nebak akhir kisahnya. Ternyata sama” sang suami berusaha menjelaskan.
“Bukan pa, ini karangan dia. Aku tau betul”
“Yah mungkin saja dia baca dari buku trus ditulis ulang, atau copy paste dari internet”
“Ini karangan dia pa. Kenapa papa tidak percaya?”
“Ah gak mungkin”.
“Pokoknya ini asli karangan dia. Aku yakin betul pa!”
“Tidak mungkin! Bodoh kamu ma!”
Deg…
Hening…
Kaget sang istri. Belum pernah ia dikatakan bodoh oleh suaminya. Sang istri mulai menitikkan air mata.
Suami terdiam. Dipeluknya kepala istrinya.
“Maafkan papa ma, papa yang salah. Itu memang karangan adikmu. Sungguh cerpen yang sangat menyentuh”.
Sang istri tersenyum mengakhiri tangisnya.
**
Banyak perceraian disebabkan oleh hal-hal sepele. Seperti kisah di atas, tidak penting bagi kita mempertentangkan siapa sebenarnya si pengarang cerpen, mengalah akan menjadi senjata pamungkas untuk mengakhiri segala pertikaian.
Terkadang kita harus mengalahkan ego kita demi memupuk cinta dan kasih sayang. Keutuhan rumah tangga lebih penting dari sekedar memenangkan perdebatan dan pertengkaran.
**Kisah ini kutujukan untuk para suami yang selalu bertikai dengan istrinya.
Sumber : Chodirin
No comments:
Post a Comment