Monday, January 16, 2012

Memandang Masalah Secara Sederhana

Pada akhir revolusi Industri di Inggris, ada dua buah pabrik yang memproduksi makanan kaleng. Sebut saja pabrik A dan pabrik B. Makanan kaleng ini di-packaging lagi menggunakan kardus-kardus besar seukuran satu meter kubik. Kardus-kardus berjejer rapi keluar pabrik dan masuk ke gudang atau kendaraan yang siap mengangkut secara otomatis.
Masalahnya, seringkali otomatisasi packaging tidak berjalan sempurna. Kardus-kardus yang keluar dari ruang packaging kadang-kadang ada yang kosong. Tapi hal itu sulit diketahui karena kardus dalam kondisi tertutup.
Untuk mengatasi hal ini, pemilik pabrik A berpikir keras. Ia mengumpulkan para insinyur agar membantu memecahkan permasalahan yang terjadi di pabriknya. Dibuatlah sebuah project yang menelan biaya sangat besar. Beberapa bulan kemudian, team project dari pabrik A berhasil menciptakan sebuah alat scanning yang mempunyai sensor untuk mendeteksi bila kardus tersebut kosong. Kemudian petugas segera memindahkan kardus kosong tersebut.
Lain pabrik A, lain lagi dengan yang diperbuat oleh pemilik pabrik B. Ia tak perlu waktu berbulan-bulan untuk mengatasi masalah tersebut. Dan tentunya tak perlu mengeluarkan ribuan dollar untuk membiayai project. Cukup dibelinya sebuah kipas angin besar dan di tempatkan dijalur kardus. Jika kardus itu kosong, otomatis akan terdorong oleh angin dan jatuh dari line kardus. Dengan kipas angin ini, secara otomatis kardus tersingkir dari tempatnya semula.
Pemilik pabrik B memandang masalah secara sederhana, bukan sesuatu yang rumit, sehingga didapatkan solusi yang jitu dalam waktu singkat. Sedangkan pemilik pabrik A memandang masalah secara kompleks, memang pada akhirnya ia mampu mendapatkan solusinya, tapi memerlukan waktu dan biaya yang besar.
Sumber : Chodirin

No comments:

Post a Comment